Mutiara Dari Timur

laporan

Rumah itu terasa sesak karena dipenuhi oleh puluhan perempuan paruh baya yang sedang berkumpul menunggu
kedatanganku. Hari itu, diawal tahun 2002, untuk pertama kalinya kuinjakkan kaki di Pulau Adonara, Flores Timur, untuk bertemu dengan ina-ina (sebutan penghormatan untuk kaum ibu di Pulau ini), anggota kelompok PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga) yang sudah mulai dibentuk oleh Dete dan Aisyah (pendamping lapang PEKKA) di wilayah ini. Seperti mendapat guyuran es di tengah hari yang panas, kepenatanku karena perjalanan yang sangat jauh untuk mencapai daerah ini sirna begitu saja ketika mataku menatap satu demi satu wajah mereka. Ada aura “magis” yang tak dapat terlalu aku jabarkan untuk menggambarkannya, dan hingga saat ini masih terus membekas di jiwaku, satu kekuatan dan daya tarik yang menguatkan gairahku untuk mengenali lebih jauh siapa saja mereka ini. Aku juga dibuat takjub dengan begitu banyaknya jumlah mereka yang hadir, dalam ruangan yang tidak terlalu besar sehingga kami harus duduk berdesakkan di tengah cuaca yang sangat panas. “Semua mereka mau hadir Bunda, jadi tidak bisa dibatas,.” begitu penjelasan Dete padaku. Memang secara metodologi pelatihan, hal ini pastinya akan sangat sulit. Efektifnya, peserta pelatihan seperti ini tidak boleh lebih dari 30 orang agar proses partisipatif dapat terjadi. Namun, aku memahami antusiasme yang muncul dari mereka dan kupikir tidak ada salahnya. Sejak itulah, aku jatuh cinta pada ina-ina PEKKA di wilayah ini, perempuan-perempuan bersahaja namun arif dan sangat bersemangat.

Lengkapi formulir berikut untuk mengakses dokumen ini