Dunia Tanpa Suami 3

laporan

Kekhawatiran kutangkap dari hampir semua pasang mata perempuan di ruangan berukuran 3 x 5 meter itu ketika Mumu menuliskan sederetan kata-kata di kertas plano yang tertempel di salah satu dinding ruangan itu. Pulpen, sungai, Allah, daun, keluarga, baju, manfaat, mawar, bintang, kereta, bata, bulan, kayu, dan sayang, itulah kata-kata yang ditulis secara acak oleh Mumu.

“Buatlah sebanyak mungkin kalimat dengan mempergunakan tiap kata-kata ini,” begitu perintah yang diberikan Mumu. Mendadak ruangan menjadi ramai, terdengar keluhan, “Ya…, susahnya.”, dari beberapa orang dari pojok sebelah kiri, sementara dari arah yang berlawanan terdengar cekikik geli yang lainnya. Perempuan-perempuan yang duduk dalam ruangan itu bukan sedang mengikuti ujian sebuah sekolah, dan Mumu juga bukan guru yang sedang mengujinya. Kelima belas perempuan itu adalah kader pilihan yang datang dari beberapa kelompok Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) yang tersebar di seluruh wilayah Nanggroe Aceh Darussalam. Mereka sedang mengikuti lokakarya penulisan yang dipandu oleh Mumu dan Hasta, dua orang sahabatku yang penulis dan juga penggiat LSM Tandabaca dari Yogya. Kegiatan ini merupakan salah satu strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh Seknas PEKKA (Sekretariat Nasional Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga) di wilayah ini.

Lengkapi formulir berikut untuk mengakses dokumen ini